- (031) 8850366
- admin@mtsn4sda.sch.id
- Senin - Jum'at : 07.00 WIB - 15.30 WIB
Cerita anak Islami yang akan kita bagikan kali ini adalah kisah tentang Jamila dan Bilal yang sedang berada di malam pergantian antara bulan ramadhan dan hari raya idul fitri yang suci. Dibaliknya juga mengandung pesan moral yang perlu dipelajari oleh pembaca.
Dijadikan sebagai dongeng yang menarik untuk anak – anak, tentu sangat cocok. Seperti apa kisah Jamila dan Bilal di Malam Takbir Lebaran? Di sini kita akan menguraikan cerita anak islami tersebut untuk Anda!
Di sebuah kota, hidup dua orang anak kembar berjenis kelamin laki – laki dan perempuan bernama Jamila dan Bilal. Hari itu mereka sedang sangat bergembira karena esok hari adalah hari raya idul fitri yang selama satu bulan penuh memang sangat mereka nantikan.
Pada malam pergantian hari untuk menyambut datangnya hari raya idul fitri tersebut, mereka duduk di meja makan bersama dengan kedua orang tuanya. Beragam hidangan lezat disiapkan ibu, salah satunya adalah pizza topping sosis dan keju kesukaan mereka.
Sang ibu memang sengaja menyiapkan makanan istimewa tersebut sebagai hadiah untuk Jamila dan Bilal yang sudah berpuasa satu bulan penuh. Tentu Jamila dan Bilal sangat senang dan menyantap pizza topping sosis keju tersebut dengan lahap. Mereka bahkan cenderung menyantap dengan terburu – buru.
Sang ibu kemudian memperingatkan, “Nak, kalau makan harus pelan, tidak boleh terburu – buru karena Islam tidak mengajarkan umatnya makan dengan cara seperti itu. Berdoa dulu ya. Sudah berdoa?”
Kedua anak kembar tersebut pun berdoa dan mulai makan lagi dengan tenang. Setelah acara makan itu, Bilal dan Jamila bergegas ke kamar untuk tidur. Jamila dengan cepat mulai tidur. Namun Bilal kesulitan untuk tidur. Hingga tak lama kemudian di kamar anak kembar itu muncul pantulan cahaya berwarna putih yang kemudian berubah menjadi wujud manusia.
Cahaya yang sudah berubah menjadi wujud manusia tersebut pun mulai berbicara.
“Hai, namaku Assad.” Ujarnya.
“Sedang apa kau di sini?” Ucap Bilal.
“Aku datang untuk memberitahu kamu tentang tujuan Ramadhan dan idul fitri” ungkap Assad.
Setelah itu, Bilal dibawa pergi. Assad membawa Bilal jalan – jalan ke tempat tinggal orang miskin. Di sana Bilal melihat banyak sekali orang kelaparan.
“Lihatlah orang – orang itu. Kamu harus tahu bahwa salah satu alasan mengapa umat Islam berpuasa bukan hanya karena ibadah, melainkan juga untuk dapat menghargai makanan, tidak rakus dan mengetahui bagaimana rasanya menjadi orang – orang yang kekurangan” ujar Assad.
Ia pun dibawa ke masjid. Di sana banyak orang berpuasa yang berdoa.
“Jika kita berpuasa, doa orang yang berpuasa juga diterima oleh Allah dan diijabah sesuai kehendak-Nya. Selain itu, berpuasa juga bisa mendatangkan banyak pahala”. Lanjut Assad.
“Lalu kita bisa masuk surga ya?” tanya Bilal kepada Assad.
“Iya, selain itu puasa juga dapat menyehatkan badan karena perut kita diistirahatkan ketika kita sedang berpuasa. Sama seperti kehidupan manusia yang harus berjuang dulu untuk mendapatkan kesenangan atau kebahagiaan, setelah berpuasa selama satu bulan akan ada hari kemenangan yang kita rayakan. Kamu juga akan merayakannya besok. Tapi tetap, apa yang kamu sudah dapatkan selama di bulan ramadhan harus tetap dijalankan dan tidak boleh ditinggalkan. Contohnya adalah membaca al-qur’an sebagaimana ketika ramadhan dilaksanakan tadarus.” Assad menjelaskan.
Tak lama kemudian, Jamila membangunkan Bilal. Bilal pun bangun dan ternyata apa yang dialami Bilal tadi bukanlah suatu kenyataan melainkan merupakan mimpi dari Bilal. Mimpi yang menurut Bilal seperti sangat nyata karena seingatnya tadi ia tidak bisa tidur.
Bilal pun bertanya kepada Jamila. “Apakah kamu tahu tentang mengapa kita harus berpuasa di bulan ramadhan?”
Jamila menjawab, “Ehm, agar kita bisa merasakan penderitaan orang miskin dan mendapatkan pahala bukan?”
Bilal pun mengangguk dan menambahkan, “Iya betul. Setelah ramadhan, ibadah di bulan ramadhan juga tak boleh ditinggalkan. Setelah ini kita puasa sunnah ya biar bisa dapat pahala”.
Jamila pun mengangguk setuju.
Hari itu, mereka bergegas mandi untuk melaksanakan sholat idul fitri di masjid. Mereka pun mengenakan baju bersih dan baru yang telah dibelikan orang tuanya.
“Ibu, kalau tahun depan Bilal dan Jamila tidak dibelikan baju baru tidak apa – apa kok. Hari raya tidak harus pakai baju baru, terpenting baju yang kita pakai bersih sudah cukup”. Kata Bilal kepada ibunya.
“Wah, pandai sekali anak ibu. Terima kasih pengertiannya ya” kata ibu sambil memeluk kedua anak kembarnya itu.
Demikian sedikit informasi yang kami dapat bagikan tentang cerita anak Islami yaitu Kisah Jamila dan Bilal. Semoga menjadi kisah inspiratif bagi pembaca.