- (031) 8850366
- admin@mtsn4sda.sch.id
- Senin - Jum'at : 07.00 WIB - 15.30 WIB
Mengapa Ingin Menulis?
Salah satu dari manfaat membaca adalah memiliki pemikiran yang kritis. Ketika kita membaca sebuah buku kemudian merasa bahwa pemikiran dari buku itu salah, apa yang akan kita lakukan? Jika hanya sekedar berkata-kata kesalahan dari buku yang dibaca, akan lebih tepat sasaran jika menuliskan kesalahan buku itu melalui sebuah review. Bahkan lebih bagus lagi jika membuat buku tandingan dan meluruskan kesalahan sebuah buku.
Dengan membaca buku juga membuka cakrawala berpikir kita. Buku satu dengan lainnya saling bertautan sehingga cepat atau lambat membentuk imajinasi dan daya kritis dalam kepala kita. Pemikiran-pemikiran di kepala pun bergejolak dan membutuhkan wadah untuk dikeluarkan. Maka proses pengeluaran yang tepat dari pemikiran yang menggumpal di kepala adalah dengan menulis.
Henry Guntur Tarigan (2008:1) membagi keterampilan berbahasa menjadi empat aspek. Yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Mendengar dan membaca merupakan penguasaan bahasa reseptif, yakni kemampuan untuk memahami sebuah bahasa dengan mendengar atau membaca. Sedangkan menulis dan bicara termasuk bahasa produktif. Penguasaan bahasa untuk menyampaikan sebuah ide atau gagasan.
Menurut Seno Gumira Adjidarma, “Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa — suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.”
Masalahnya tidak banyak orang yang memiliki kemampuan menulis yang baik. Bahkan seringkali bingung harus memulai kalimat dari kata apa dan bagaimana merangkai kalimat itu menjadi paragraf kemudian mengolah paragraf demi paragraf menjadi sebuah tulisan utuh yang memberikan ilmu pengetahuan, efek emosional serta pencerahan kepada pembacanya. Artikel yang saya tulis sekarang, mencoba memandu para pecinta buku yang ingin mulai menuliskan pemikiran-pemikiran mereka melalui sebuah karya.
Ada banyak alasan mengapa seseorang ingin menulis. Oleh karena itu sebelum memutuskan ingin menjadi penulis, seseorang harus tahu terlebih dahulu apa alasan dia menulis? Hal apa yang memotivasinya untuk menjadi seorang penulis?
Beberapa motivasi menulis yang bisa ditemukan dalam diri kita adalah sebagai berikut :
Jika beberapa motivasi menulis di atas belum cukup untuk membuat kita tergerak untuk menulis, maka kita perlu menelaah lebih dalam untuk apa kita menulis? Karena seringkali kita menemukan alasan kita tersendiri dalam proses perjalanan menulis kita. Yang terpenting sekarang menemukan motivasi dasarnya terlebih dahulu dan mulailah menulis. Imam Ghazali mengatakan dalam kutipannya yang terkenal : Kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka menulislah.
Semua profesi memerlukan keahlian menulis agar ilmu-ilmu yang dimiliki bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya. Oleh karena itu guru dan dosen, dewasa ini dituntut untuk bisa menghasilkan karya lewat tulisan. Setiap generasi harus memunculkan penulis-penulis baru. Bayangkan jika tidak ada regenerasi baru dalam dunia kepenulisan, tidak akan ada bahan bacaan lagi di masa depan.
Lalu apa modal utama untuk menulis?
Modal utama untuk menjadi penulis bukanlah memiliki laptop bagus. Sekedar pena dan kertas pun bisa menjadi penulis. Tentu nanti hasil tulisan harus diketik, tapi itu adalah masalah teknis yang mudah diselesaikan. Tidak akan ada sebuah tulisan utuh tanpa modal menulis seperti di bawah ini :
Selanjutnya mulailah mengenali jenis tulisan yang ingin kita tulis. Ada dua jenis tulisan yang harus diketahui yaitu Fiksi dan Non Fiksi. Mari kita bahas satu per satu :
Menentukan Genre, Tema dan Sasaran Pembaca
Menurut KBBI, Genre memiliki arti sebagai berikut : Jenis, tipe, atau kelompok sastra atas dasar bentuknya ; ragam sastra. Menurut Shipley, genre adalah kelas atau jenis yang juga mengelompokkan karya sastra. Sedangkan menurut Hasry Shaw, genre adalah kategori atau kelas yang mempunyai bentuk, teknik, dan isi khusus. Gramedia dalam websitenya menyebutkan ada 12 genre dalam ranah fiksi dan Dee Publisher menyebutkan 18 genre non fiksi dalam websitenya.
Genre fiksi sebagai berikut :
Genre bisa berdiri secara tunggal tapi bisa juga digabungkan sehingga membentuk padu padan beberapa genre. Seperti Komedi Romantis, Petualangan Fantasy, Horor Misteri, Psikologi Keluarga dan lain sebagainya.
Berikut adalah beberapa genre non fiksi :
Setelah menentukan genre karya yang ingin ditulis, langkah selanjutnya adalah menentukan tema. Tema memiliki arti pokok pikiran, dasar cerita. Oleh karena itu tentukan tema yang mau kita tulis agar tulisan kita terarah dan pembahasannya tidak bertele-tele serta tepat sasaran. Tema juga akan berkaitan erat dengan sasaran pembaca. Misalkan dalam menulis fiksi kita akan menuliskan tema tentang perceraian. Sasaran pembaca tentang tema perceraian biasanya adalah orang dewasa atau sudah menikah. Bukan berarti tema perceraian tidak bisa ditulis untuk anak-anak tapi tentu akan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi agar cerita kita cocok dibaca oleh usia anak.
Ada beberapa tema dalam fiksi dan non fiksi yang bisa dituliskan misalnya; persahabatan, pendidikan, pembullyan, perceraian, perlombaan, kesetiakawanan, perjuangan, pertobatan, kehidupan, sosial, lingkungan, dan lain sebagainya.
Setelah menentukan tema di atas, langkah selanjutnya adalah menentukan sasaran pembaca. Karena beda sasaran membaca maka akan beda pula gaya bahasa dan pemilihan kata yang digunakan dalam menulis. Sasaran pembaca yang bisa kita tentukan adalah : tingkat anak usia dini, tingkat anak sekolah dasar, tingkat remaja (SMP-SMA), tingkat dewasa awal (SMA akhir-kuliah-awal kerja), tingkat dewasa (usia kerja-sampai usia tua).
Dengan menentukan jenis tulisan, genre, tema dan sasaran pembaca, maka kita bisa mulai menuliskan karya kita. Berikut tip untuk menulis bebas, sebagai latihan menulis di tahap awal. Pertama, Kita tahu apa yang akan kita tulis. Kedua, Punya bahan dan referensi yang lengkap. Ketiga, Memetakan pikiran apa yang akan kita tulis. Keempat Miliki ketetapan hati yang kuat. Kelima, Rajin Berlatih dan tidak kenal putus asa, Keenam, Miliki Rasa percaya diri yang cukup.
Demikian artikel tentang bagaimana menjadi penulis pada sesi pertama. Semoga panduan singkat ini bisa bermanfaat dan melahirkan penulis-penulis baru di Provinsi Banten. Selamat menulis!
*Achi TM. Penulis dari kota Tangerang. Ibu 3 anak ini telah menulis 42 Buku di penerbit mayor, Instruktur Literasi Nasional, Pimpinan TBM Rumah Pena.
