- (031) 8850366
- admin@mtsn4sda.sch.id
- Senin - Sabtu : 07.00 - 14.00
(MTsN 4) – Sabtu (08/02) Bertempat di ruang rapat Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo (DLHK) Kabupaten Sidoarjo yang berkedudukan di Jalan Siwalanpanji No. 36 Sidoarjo tepat pukul 08.30 WIB telah berkumpul 40 (empat puluh) guru perwakilan dari sekolah/madrasah Adiwiyata di Kabupaten Sidoarjo untuk mengikuti Sosialisasi Adiwiyata Tahun 2020.
Sigit Setyawan selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo berupaya untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui Sekolah Adiwiyata. Dalam rangka untuk mencapai target tersebut, maka Sigit sapaan akrab sosok pria berkacamata ini mengundang Sekolah/Madrasah Adiwiyata dalam kegiatan Sosialisasi Adiwiyata Tahun 2020.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Sri Utami selaku Ketua Tim Adiwiyata MTsN 4 Sidoarjo. Bunda dari tiga orang putra ini menyimak dengan sungguh-sungguh paparan materi yang disampaikan oleh narasumber dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK). Salah satu materi yang dipaparkan adalah terkait Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.52/MENLHK/SETJEN/KUM.1/9/2019 tentang Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.53/MENLHK/SETJEN/KUM.1/9/2019 tentang Perhargaan Adiwiyata.
Eka Agustina selaku narasumber dari Provinsi berkesempatan mengulas beberapa instrumen terkait Penghargaan Adiwiyata Tahun 2020. Dalam ulasannya Eka menjelaskan, bahwa selama ini kendala ditemui di lapangan yakni sebagian besar sekolah selalu memberikan prioritas pada sarana dan prasarana lebih besar, sedangkan pada perencanaan dan pelaksanaan di lapangan kurang optimal.
Lebih lanjut diulas juga oleh Diah bahwa untuk mengatasi masalah sampah yang juga merupakan masalah global , langkah yang pertama yaitu Reduce, yang berarti bagaimana sampah yang ada di sekolah berkurang 80%. Selanjutnya untuk keanekaragaman hayati dikatakan bahwa minimal jumlah tanaman yang ada sama dengan jumlah warga sekolah.
“Kebanyakan ditemui sekolah belum pernah mendata berapa jumlah pengurangan sampah di sekolah. Hal ini jika sudah masuk penilaian seharusnya sekolah sudah melakukan perhitungan berapa sampah yang sudah dikurangi, berapa jumlah energi, berapa sumber daya air yang sudah mampu dikonversi,” tandasnya.