- (031) 8850366
- admin@mtsn4sda.sch.id
- Senin - Jum'at : 07.00 WIB - 15.30 WIB
Halo bestie💗💗ini part ke 2 ya dari cerpen Lonely! Oke happy reading💕💕💕
–Washington, D.C 📍
Anggita asha wijaya : peserta pertukaran pelajar ke amerika.
Sudah tiga bulan dia di amerika, 5 hari kedepan dia akan berpulang ke indonesia.
“Sha lo ga ajak ortu lo ke sini? Yaa itung itung foto bareng kan lo udah dapet nilai terbaik, masa di sia sia in gitu aja?” ucap rena salah satu teman asha yang juga ikut pertukaran pelajar.
Posisi mereka kini berada di apartemen.
“gua tanya ortu dulu deh” . Jawab asha sambil memandangi luar jendela.
“Benar aku dapet nilai terbaik,pasti papa sama mama ga akan marah lagi ke aku,pasti mereka mau kesini” batin asha.
dia terus melamun, rasanya rindu dengan mama nya namun dia juga bahagia disini karena tidak ada kekangan.
“Enak deh sha lo anak orang kaya, gua mah apa” ucap rena mengeluh.
“hmm lo cuman tau prolog hidup gua tapi lo ga tau isi maupun epilog nya ren” ketus asha matanya masih terpaku melihat langit di luar jendela.
“ha? Gimana gimana?” jawab rena sembari mengangkat satu alis nya.
“ haha udah lupa in aja” setelah menjawab itu asha berpindah ke kamar dia harus minum obat tepat waktu,
ya! Selama ini asha menderita penyakit kelenjar getah bening di bagian leher belakang nya, sudah lama namun ia baru tau saat dua bulan lalu itu pun di beri tahu lena saat dia membantu asha menguncir rambut nya.
“padahal aku pengen di jemput bastian,tapi gapapa ga boleh egois” ucap asha. Nampak nya asha telah rela melepaskan Elang, bukan ikhlas namun terpaksa dan kelamaan menjadi terbiasa. Perlahan dia menutup matanya jam menunjukkan pukul 21:45.
“ papah mau kan?” ucap asha sedang bertelpon dengan papah nya. Dia berharap dan bahkan yakin jika papah nya bakal menuruti kemauan nya itu, dengan satu alasan, dia mendapat nilai terbaik.
“ga bisa, besok bakal ada acara besar besaran buat ngerayain ultah putri” jawab papah dari seberang telpon. Asha sangat kaget, memang benar ekspetasi tak seindah realita. Bahkan papah nya tak bisa memberi ke adilan.
“pah sebentar saja,asha mohon, asha udah nurutin semua ke mauan papah dan mama,asha mendapat nilai terbaik,asha ga ngecewain papah mama,asha ga buat masalah. Itu kan yang papah dan mama mau?” tutur gadis itu,dia sedikit merasa kesal,kenapa papa dengan mudah menuruti kemauan putri,bahkan dia tak mengabulkan permintaan asha sedikit pun.
“ga bisa, papa dan mama sibuk.”ucapan terakhir papah asha sebelum memutuskan sambungan telpon. Asha bergerak menuju kasur,kini dia sendiri di apartemen karena rena sedang bertemu dengan orang tua nya di sekolah,ya orang tua rena juga datang kemari, hanya dirinya yg tidak mendapat dampingan.
“Ulang tahun putri? Hmm besar besaran? Bahkan aku anak kandu” asha memotong ucapannya. “ga! Aku bukan anak kandung papa dan mama,aku hanya anak panti asuhan yang di adopsi mama saat mama ga punya anak” ucap asha sambil memegang dada nya yang terasa sesak.
Asha anak yang di adopsi saat berusia 4 tahun, tentu sebelum ada putri di hidupnya semua terasa sempurna.
Prolog yang sangat halus.
–Airport soekarno hatta 📍
Betapa nyaman nya telah sampai di negara sendiri,menjadi lebih tenang dan damai. Dan tau apa yang di lupakan asha?
“waduuu gua belum minta jemput,bodoh banget si” tutur asha sambil menepuk jidat nya,bahkan asha telah terpisah dari teman teman nya, ada yang di jemput kaka nya,keluarga,serta kerabat masing masing, beda jauh dengan asha. Langit tampak memerah dan hampir gelap, namun asha belum segera di jemput.
Semua nya terjawab nihil, meminta bantuan bastian? Kan dia di bangkok. Udara semakin mendingin,angin bertiup kencang,hujan pun semakin menderas.
Semesta sangat nakal,bahkan dia tak di beri kehangatan saat posisi nya terpaksa berdiri sendiri.
15 menit berlalu asha masih terduduk di bangku paling pojok luar bandara. Sesekali dia meniup dan menggosok telapak tangannya, sesekali dia memeluk tubuhnya sendiri,dan sesekali matanya akan tertutup karena dia merasa capek,ngantuk,dan pusing sangat pusing yang di timbulkan dari efek penyakitnya.
“mbak mau saya antar pulang?” suara tukang sopir taxi terdengar di gendang teling asha, dengan segera dia melebarkan matanya,benar saja di depan nya terlihat sopir taxi yang dapat di kenal dari baju yang ia kenakan. Asha memangguk iya,segera di masukkannya barang barang milik asha ke dalam mobil.
Di dalam perjalanan asha terus memandangi susanan di luar jendela, mungkin itu sudah menjadi hobinya. Dia masih tak habis pikir, sesibuk itu kah orang orang yang dia kenal? Yang dulu dia banggakan.
namun dengan semalam saja semua berubah,langkah yang terlalu jauh untuk di gapai,sakit yang tak bisa di obati lagi,lelah yang jika di istirahatkan hanya terasa biasa saja.
30 menit , 22.00 .
Asha sudah didepan rumah nya dengan membawa satu koper jombo 3 tas dan totebag yang dia kenakan. Rumah nampak sepi. Bahkan lampu lampu banyak yang tak di hidupkan.
“sudah pada tidur” monolog asha. Asha menyeret koper nya,dan memasuki rumah. Memang asha memiliki kunci rumah tersendiri.
Rasa ingin membangunkan orang tua nya, dia ingin melihatkan semua prestasi yang iaa raih, dia ingin di sambut oleh keluarga nya, seperti yang di rasakan semua orang. Siapa takut? Asha bernekat naik ke atas di dapatinya kamar besar tempat ayah asha dan Leni ibu kandung putri, disebelah kamarnya nya pas kamar risma mama asha,lalu di seberang sana kamar putri,yang benar lebih mewah dari dia, bahkan asha tidak di perbolehkan mempunyai kamar di atas,asha seolah tak di anggap di keluarganya,layak nya sudah mati.
“pahh asha udah pulang nihh, asha kangen papah” ucap asha lirih, dia ingin membangunkan papah nya namun dia takut papah nya terbangun : )
Dua menit tak ada sautan
Tok.. tok.. tok.. “ pah boleh waktu nya sebentar? Asha mau nunjukin sertifikat milik asha” asha sedikit menik kan intonasinya.
Suara langkah terdengar dari dalam kamar, namun suara langkah yang sangat di hentak hentak kan, seperti orang marah, ya benar saja.
Plakkkk… satu tamparan mendarat di pipi kiri asha. Dia terkejut, takut, dan bingung. Asha langsung menatap mata papahnya mengisyaratnya bertanya.
“tau berisik ga? Papah mau istirahat! Dasar anak ga tau di untung. Ga penting kamu itu!” timbal papah asha dengan nada sangat tinggi membuat leni,risma ,dan putri terbangun dan segera menonton i mereka berdua.
Asha menggeleng kan kepala nya pelan,air mata nya berderai di pipi lembutnya, dia sedih dengan perkataan papanya tadi, dia kini sakit, sakit fisik mau pun hati. Putri tersenyum tipis dan menopangkan tangan nya di dada.
“padahal asha cuman mau liatin hasil kerja keras asha, asha cuman mau kayak temen temen asha, di jemput keluarganya, dapet perlindungan kasih sayang dan banyak lagi pah,, ini kah yang papah mau?” ungkap asha frustasi,dia menyodorkan setumpuk sertifikat ke hadapan papah nya. Papah asha segera mengambil setumpuk sertifikat itu, dan…
Blakkk .. di lemparkan nya setumpuk sertifikat tadi ke wajah asha. Kini rasa luka di hati asha semakin melebar, entah kenapa ini semua terjadi kepadanya? Kalo bisa dia ingin berlahir menjadi seseorang yang memiliki kebahagiaan lebih, atau boleh kah dia meminta sedikit kebahagiaan?.
“ kenapa sih pa, semua yang asha kasih ke papah tak pernah puas untuk papah, semua kerja keras asha tak pernah papah puji ataupun papah hargai? Seburuk itu aku di mata papah?”kini intonasi asha meninggi,membuat emosi papah nya asha terpencing hebat.
Plakkk plakkk bughhh. Dua tamparan, serta tendangan hebat mendarat di badan asha. Kekerasan ini sudah sering terjadi di kehidupan asha sejak dulu. Asha meringis kesakitan dan berusaha berdiri kembali setelah mendapat tendangan dari papah nya membuat badan nya terkapar di lantai. Leni,risma,dan putri hanya menontoni. Sebenarnya risma tidak tega melihatnya namun risma lebih memilih diam dan berpihak ke suaminya.
“SIAPA YANG AJARIN KAMU NGEBENTAK ORANG TUA?! DASAR PECUNDANG!” bentak papah asha.
“ iya! Aku pecundang, kayak kalian semua” jawab asha sambil menahan rasa sakit di pipi dan badan nya. Belum sampai situ rasa sakitnya kini papah asha kembali memukul kepala asha kuat.
PLAKKK... Mata asha memburam, pandangan nya kabur kepala nya pusing akibat dari pukulan papahnya sendiri. Ia tak henti henti nya menangis.
“ KAMU ITU HANYA ANAK PUNGUT! GA USAH BERLAGAK!” makian dapat didengar asha yang keluar daru mulut papah nya, tak lama badan nya melemas dan brukkk dia pingsan di tempat kejadian.
ehmm dingingg..” ucap lirih asha saat telah terbangun dari pingsan nya. Dia sekrang berada di kamar mandi, dengan shower yang masih menyala membasahi tubuh nya yang terduduk di lantai. Dia kembali mengingat kejadian tadi, mencoba menggerak kan badan nya namun semua terasa sakit, hati maupun fisik.
“ tuhan.. bisa kah aku bahagia sebentar? Bisa kah aku di beri kasih sayang? Hanya sebentar saja tak apa. Padahal permintaan ku cuman itu, namun sangat sulit untuk mendapatkan nya” tutur asha.
Dia menenangkan diri sekejap lalu berjalan ke kamarnya dengan baju yang masih menetes air.
1 minggu kedepan…
“ Sha!!!kenapa lo ga cerita ke gua ha?? Kenapa lo pendem sendiri??” ucap bastian frustasi mengetahui bahwa asha mengendap penyakit. Dirinya baru kemarin lusa pulang dari bangkok dan sudah mendapat kabar seperti ini.
“maafin gua bass.. gua nyusahin lo” tubuh asha melemah sudah berhari hari dia tak makan bahkan tak meminuk obatnya. Penyakit nya kambuh seganas ganas nya, bastian kepanikan dan langsung melarikan asha ke rumah sakit tanpa ada satu anggota kelurga asha yang mengetahui nya.
Berjam jam ia menunggu asha di depan ruangan yang bertuliskan IGD. Sebelum akhirnya dia di perbolehkan masuk ke dalam.
“ sha lo harus sembuh! Lo harus kuat!” -bastian.
“gua capek bass..” ucap asha pelan sangat pelan namun masih bisa di dengar bastian.
“ istirahat sha, bukan menyerah” untuk pertama kalinya asha melihat pacar nya itu menangis, dan asha sedari tadi telah menahan tangis nya lalu dengan cepat ia tumpahkan tangis nya itu.
“bas,, kalo gua mati gua bisa dapetin kebahagiaan ga ya disana?” tutur asha sambil menunjuk atas langit langit. Bastian semakin kuat isak tangis nya,dia tak dapat berkata apa pun.
“bas.. gua udah berjuang keraskan? Gua pengen ada yang ngehargain kerja keras gua, walaupun hanya satu orang” tutur asha lagi kini matanya melirik bastian yang ada di samping ranjang nya.
“ iya sha, lo udah berjuang keras! Sangat keras! Lo bisa kan berjuang sekali lagi untuk bertahan hidup?” tanya bastian tanpa menghentikan tangis nya.
“hmm gua selalu bisa bas, tapi kali ini gua udah capek banget deh, gua nyerah aja bas, gua udah ga bisa ambis” tangan asha memegang tangan bastian dan bastian sesegera menggenggam tangan asha balik.
Tut tut tiiittttt….
“ASHAAAAAAAAAAA!ARGHHH SIALAN” umpat bastian, dia berlari keluar ruangan mencari dokter. Dokter telah memeriksa asha kembali, namun nihil. Asha telah meninggal. Dia pergi jauhhh di atas sana. Dia telah lelah, bukan kah dia sudah berjuang keras? Dia layak mendapatkan istirahat,selamanya.
2 tahun kemudian.
“ hai sha gua udah kuliah nih.. pelajarannya susah banget, gua pengen lo ajarin gua.” Ucap bastian di depan makam asha sambil memegang batu nisan itu.
“lo yang tenang ya sha.. tenang aja di sana ga ada yang nyakitin lo”
“papah lo udah di penjara, karena kasus kekerasan”.
– Aku sudah cukup mengerti, jika kau menangis, kau sedang tidak baik baik saja.-bastian 2021.
Author: AKU PUSING BETE BADMOOD KECEWA PERIH PEDIH PENDEKARE TERLUKA PARAH 😭😭🔥💕
AKHIRNYA SELESAI BESTIE 📍💕💕💕💕