- (031) 8850366
- admin@mtsn4sda.sch.id
- Senin - Jum'at : 07.00 WIB - 15.30 WIB
Salah satu cerita rakyat Bali yang terkenal adalah cerita tentang Manik Angkeran dan Naga Besukih. Siapa itu Manik Angkeran?
Manik Angkeran merupakan seorang putra Brahmana yakni Sidhi Mantra. Keduanya tinggal di kerajaan Doha, Bali yang pada waktu itu masih belum berpisah dengan pulau Jawa. Manik Angkeran terkenal sebagai anak yang kuat dan cerdas. Hanya saja sayangnya ia mudah dipengaruhi oleh teman – temannya.
Lantas, seperti apakah cerita rakyat Bali tentang Manik Angkeran ini? Berikut kisahnya!
Manik Angkeran dikenal memiliki otak yang suka berpikir. Suatu hari, Manik Angkeran melihat orang yang sedang berjudi dan menyabung ayam. Ia pun tertarik dan berpikir, “Mereka bisa dapat uang dari menyabung ayam dan berjudi. Tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan uang dan menjadi kaya”.
Dengan pemikirannya itu, ia pulang dan memutuskan memecahkan celengannya untuk membeli ayam. Ia beli ayam yang paling besar dan kuat dari celengannya tersebut.
“Ayam ini pasti akan menghasilkan banyak uang untukku”. Ungkap Manik Angkeran dengan sangat bersemangat dan gembira.
Keesokan harinya, Manik Angkeran pun mulai menyabung ayam. Ia menang dan banyak uang. Manik Angkeran tentu sangat puas dengan hasil tersebut dan berniat akan melakukannya lagi esok hari.
Hanya saja di hari ketiga, Nasib baik tidak didapati Manik Angkeran. Hari ketiga dan seterusnya ayamnya sering kalah. Dalam sekejab, uang Manik Angkeran pun ludes tak tersisa. Ia bahkan harus berhutang untuk membayar kekalahannya.
Hanya saja, itu tidak membuatnya jerah. Ia terus berjudi dan menyabung ayam.
“Hari ini memang kalah dan bahkan berhutang. Tapi aku tidak akan menyerah sampai ayamku berhasil menang seperti dulu lagi.” Ungkapnya bersemangat.
Dengan kesukaannya untuk berjudi dan menyabung ayam, suatu hari ayahnya tahu perilaku anaknya itu. Apalagi Manik Angkeran kedapatan seringkali mencuri uang milik ayahnya. Ayah pun menasehati, “Anakku, berjudi dan menyabung ayam tidak akan membuatmu kaya. Justru menyabung ayam dan berjudi malah membuatmu semakin miskin. Berhentilah sebelum terlambat.”
Hanya saja Manik Angkeran tidak peduli dengan nasihat ayahnya tersebut. Lambat laun, harta ayahnya pun habis untuk membayar utang Manik Angkeran. Ia pun merengek, “Ayah mereka akan membunuhku kalau aku tidak membayar utang. Jadi, tolonglah aku Ayah!”
Ayahnya pun menjawab, “Apa yang harus kulakukan untuk menolongmu sementara hartaku sudah habis tak bersisa karena engkau?”
Sidhi Mantra pun berdoa dan memohon petunjuk sang dewa. Ia pun mendapat bisikan gaib “Pergilah ke Gunung Agung dan temui Naga Besukih. Mintalah apapun kepadanya untuk membayar utang – utang anakmu.”
Sidhi Mantra bergegas menuju ke Gunung Agung dan menemui Naga Besukih. Naga Besukih bertanya, “Siapa kau? Untuk apa kau datang menemuiku?”
Sidhi Mantra menjawab, “Bantulah aku. Aku butuh uang untuk membayar utang anakku. Hartaku sudah habis, ia akan dibunuh jika tidak melunasi hutang – hutangnya. Ku mohon, tolong aku!”
Naga Besukih pun menyanggupi permintaan Sidhi Mantra. Ia masuk ke dalam goa dan keluar dengan membawa sejumlah emas dan batu permata. Sidhi Mantra senang, ia juga berterima kasih kepada Naga Besukih dan berpamitan untuk pulang.
Semua emas dan batu permata yang didapatkan dari Naga Besukih, diberikan semua kepada Manik Angkeran. “Pergilah dan lunasilah semua hutangmu dengan emas dan batu permata ini. Ku rasa nilainya cukup.”
Manik Angkeran mengangguk. Hanya saja anggukan itu bukan tanda bahwa Manik Angkeran akan melunasi hutangnya dan berhenti berjudi. Ia masih saja melakukan perjudian hingga ia kembali merengek kepada ayahnya agar permintaannya dituruti.
“Ayah, maaf aku berhutang lagi. Bahkan sekarang jumlahnya semakin besar. Tolonglah Aku Ayah!”
Dengan tegas, Sidhi Mantra menjawab, “Aku sudah memberimu kesempatan dan berulang kali menolongmu. Kini aku sudah tidak bisa menolongmu lagi. Pergilah dan berusahalah sendiri!”.
Manik Angkeran bingung. Ia tak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi. Ia melamun cukup lama. Tiba – tiba, tercetus ide di otaknya untuk menjual genta kecil milik Ayahnya.
“Apakah genta ini laku jika aku jual?” tanyanya pada diri sendiri.
Ia pun pergi ke pasar dan berniat menjual genta tersebut. Namun pedagang yang juga teman dari Manik Angkeran berkata bahwa genta tersebut adalah genta Ajaib.
“Manik, genta ini adalah genta Ajaib yang bisa digunakan memanggil Naga Besukih. Naga Besukih terkenal dapat memberikan kekayaan dan membantu mengatasi masalah orang – orang.”
Manik Angkeran pun memiliki ide untuk menemui Naga Besukih. Ia bahkan menebak bahwa ayahnya mendapatkan harta sebelumnya dari Naga Besukih. Manik Angkeran pun melakukan perjalanan ke Gunung Agung.
Di sana, ia bertemu Naga Besukih dan bertanya, “Perkenalkan, namaku Manik putra dari Sidhi Mantra. Bisakah kau memberiku hartamu untuk ku gunakan melunasi hutangku?”
Naga Besukih menjawab, “Banyak sekali hutangmu. Kemarin ayahmu juga memintaku membayarkan hutangmu. Tapi, baiklah. Ini untuk terakhir kalinya. Aku akan membantumu.”
Manik Angkeran pun mendapatkan emas dan batu permata dari Naga Besukih. Namun Manik Angkeran yang tamak memiliki niat jahat. Ia ingin menguasai semua harta Naga Besukih dan membunuh Naga Besukih saat itu juga. Ia pun melancarkan aksinya.
Ia menyabet tubuh Naga Besukih dan menghunusnya dengan pedang. Naga Besukih terluka dan tak menyangka bahwa Manik Angkeran melakukan semua itu. Naga Besukih yang marah lantas menyemburkan api dari mulutnya. Manik Angkeran ketakutan dan berusaha melarikan diri.
Akan tetapi Naga Besukih dapat menangkapnya dengan mudah. Manik Angkeran pun terbakar api dan tubuhnya menjadi abu.
Di sisi lain, Sidhi Mantra yang kehilangan genta berusaha menyusul ke Gunung Agung karena firasatnya memang mengatakan kalau anaknya yang mengambil genta tersebut. Sesampainya di Gunung Agung, Sidhi Mantra melihat tubuh anaknya yang sudah menjadi abu.
Naga Besukih pun menjelaskan apa yang terjadi kepada Sidhi Mantra. Namun, Sidhi Mantra memiliki satu permintaan, “Sudikah kau membantuku untuk menghidupkan anakku kembali? Jika ia, berikan dia kesempatan memperbaiki diri. Aku akan menuruti semua syarat darimu. Jika perlu, bantu aku untuk mendidiknya menjadi anak yang baik.”
Naga Besukih yang tak tega dengan permintaan Sidhi Mantra pun menyanggupi permintaan itu. Manik Angkeran yang sudah berwujud manusia kembali meminta maaf kepada ayahnya dan Naga Besukih.
Namun ayahnya berkata bahwa Manik Angkeran tidak boleh pulang dengannya. Ia harus tinggal bersama Naga Besukih yang akan mendidiknya. Sidhi Mantra pun mengeluarkan tongkat. Ia membuat garis yang memisahkan antara dirinya dengan sang anak.
Garis tersebut pun mengeluarkan air dan lama kelamaan airnya menjadi deras. Gunung Agung pun terpisah dari sekitarnya dan genangan air tersebut kini dikenal sebagai Selat Bali yang memisahkan antara Pulau Bali dan Pulau Jawa.
Itulah kisah dari salah satu cerita rakyat Bali berjudul Manik Angkeran dan Naga Besukih yang terkenal. Selamat membaca ya!